Rabu, 24 Oktober 2012

Jalan Tol jalan bebas hambatan yang nyatanya tetap saja terhambat

Diposting oleh Rika Sri Juwita di 05.40
Semakin padatnya jumlah populasi di Jakarta menyebabkan kemacetan tidak lagi dapat di bendung. Apalagi dengan jumlah transpotrasi yang semakin meningkat tiap tahunnya. transpotrasi umum mulai ditinggalkan para penumpangnya yang beralih memilih untuk naik kendaraan sendiri. padahal alasan dibuatnya transpotrasi umum untuk mengurangi jumlah kemacetan di Jakarta. bukan hanya di jalan umum saja kemacetan dapat terjadi, bahkan jalan bebas hambatan yang biasa kita sebut dengan Jalan Tol juga tetap merasakan macet. niatnya mau cepat sampai tujuan dengan melalui jalan tol malah juga terkena macet. memang macet merupakan masalah utama yang harus segera diatasi kita bersama. Macet terjadi karena jumlah kendaraan yang makin bertambah dan tidak diimbangi dengan penambahan infratuktur jalan, juga alat transportasi umum yang kurang memadai, memberi kontribusi wajah kemacetan lalu lintas di Ibukota. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi macet kebijakan kawasan pembatasan penumpang atau lebih dikenal dengan istilah three in one dan transportasi massal dengan jalur khusus yang dikenal dengan program busway Transjakarta belum memberi perubahan terhadap kemacetan itu sendiri.
Sementara pembangunan alat transportasi massal ringan atau jenis monorel yang tidak kunjung selesai pembangunannya.Pemprov DKI Jakarta akan menerapkan sistem road pricing atau pembenahan biaya bagi pengemudi kendaraan yang akan memasuki kawasan tertentu yang dikenal padat atau kawasan bisnis. kemacetan disebabkan beberapa faktor seperti kapasitas jalan yang tak seimbang dengan jumlah kendaraan, jalan rusak, hujan, dan faktor kegiatan rutin masyarakat lainnya. Berikut 67 titik rawan kemacetan di Jakarta
Jakarta Utara
Simpang lima Semper
Jalan Gunung Sahari
Jalan Raya Lodan
Jalan RE Martadinata
Jalan Danau Sunter Utara
Jalan Yos Sudarso
Jalan Raya Cacing
Lampu merah Enggano
Tanjung Priok
Pertigaan Boulevard
Jalan Pluit Raya (Depan Dipo)
Marunda
Jalan Kebon Baru
Gaya Motor
Jalan Raya Cilincing

Jakarta Pusat
Lampu merah Carrolus
Lampu merah Pintu Besi
Lampu merah Roxy
Lampu merah Caringin
Simpang lima Senen
Lampu merah Bungur
Jalan Cokroaminoto
Lampu merah Raden Saleh
Lampu merah Benyamin Sueb
Lampu merah Jembatan Serong
Lampu merah Jati baru

Jakarta Timur
Jalan Supriyadi (Putaran 03)
Jalan Raya Bogor
Kramat Jati
Jalan Mayjend Sutoyo (UKI)
Jalan Raya Kalimalang
Jalan I Gusti Ngurah Rai
Terminal Bus Kampung Melayu
Jalan Kolonel Sugiono
Lampu merah Jambul
Jalan Raya Condet
Cibubur Junction
Lampu merah Kebon Nanas
Jalan Jatinegara Barat
Jalan Raya Pondok Kopi
Jalan Raya Pondok Gede
Terminal Bus Pulo Gadung
Jalan Raya Bekasi (Cakung)
Jalan Urip Sumoharjo (Depan Polres)
 
Jakarta Barat

Jalan Tomang Raya
Lampu merah Tomang
Stasiun Kereta Api Kota/BEOS
Jalan Panjang
Palmerah
Lampu merah Slipi
Lampu merah Grogol
Lampu merah Daan Mogot

Jakarta Selatan
Lampu merah Radio Dalam
Jalan Pangeran Antasari
Jalan Kapten Tendean
Jalan DR. Satrio
Jalan Casablanca
Depan Terminal Bus Lebak Bulus
Jalan Ciputat Raya
Pasar Pondok Labu
Jalan DR. Supomo
Jalan Raya Pasar Minggu
Jalan Buncit Raya
Jalan Ciledug Raya
Lampu merah Tarkindo
Lampu merah Pertanian
Jalan Raya Fatmawati
Kemacetan memang tidak mengenal logika, Maka dari itu mari kita sama sama untuk mengurangi kemacetan mulai dari hal yang kecil. kemacetan dapat diatasi apabila :
1.  Mempersempit jalan, bukan memperlebar jalan. Ketika jalan terus menerus diperlebar, orang-orang akan terus berpikir bahwa masih ada tempat sehingga volume kendaraan bermotor akan terus naik. Akan tetapi, ketika jalan dipersempit, orang-orang akan berpikir dua kali ketika menginginkan untuk memiliki kendaraan bermotor yang banyak, karena mereka belum tentu bisa menggunakannya.
2. Naikkan pajak kendaraan bermotor pribadi, terutama mobil-mobil mewah. Ketika pajak kendaraan bermotor tinggi, orang-orang tentunya akan berpikir hal itu sangat memberatkan. Pada akhirnya mereka mungkin akan memutuskan untuk memiliki kendaraan pribadi seperlunya saja. Begitu juga dengan uang muka saat akan membeli kendaraan bermotor baru. Sekarang ini, hanya dengan uang muka Rp. 500.000,- sebuah sepeda motor bisa di bawa pulang. Tentunya ini malah akan meningkatkan jumlah pembelian kendaraan bermotor.
3. Aturan pemakaian mobil / motor tua. Jika pemakaian kendaraan bermotor dibatasi berdasarkan tahun produksinya, tentu paling tidak bisa mengurangi sedikit kepadatan kendaraan di Jakarta. Dan yang pasti bisa mengurangi polusi udara, karena umumnya kendaraan-kendaraan tua yang sudah tidak layak pakai, terutama angkutan umum, selalu menyebabkan polusi.
4. PEMBENAHAN ANGKUTAN UMUM. Selama ini masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi daripada angkutan umum disebabkan oleh beberapa faktor seperti, umumnya angkutan-angkutan umum yang sebenarnya sudah tidak layak pakai namun masih dipaksa sehingga penumpang merasa tidak nyaman. Faktor keamanan juga merupakan masalah utama. Masyarakat kurang meminati angkutan umum karena keamanan penumpang belum terjamin sepenuhnya. Jika angkutan-angkutan umum di Jakarta dibenahi dan dipelihara dengan baik, pasti masyarakat tidak akan ragu untuk memilih angkutan umum dibanding kendaraan pribadi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Rika blog Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez